Lamine Yamal Dinilai Tak Akan Samai Level Lionel Messi, Ini Alasannya
Lamine Yamal vs Lionel Messi – Nama Lamine Yamal makin sering diperbincangkan dalam dunia sepak bola Eropa. Di usia yang masih sangat muda, pemain akademi Barcelona ini sudah mendapat menit bermain di tim utama, mencetak gol penting, serta mencuri perhatian publik dengan gaya bermain yang penuh keberanian. Tak sedikit yang menyebutnya sebagai “wonderkid” terbaru dari La Masia, bahkan ada yang mulai membandingkan langkah awal kariernya dengan Lionel Messi.
Namun, beberapa pengamat sepak bola menilai bahwa meskipun potensinya sangat besar, Lamine Yamal kemungkinan besar tidak akan menyamai level Lionel Messi. Penilaian ini bukan berarti meremehkan kemampuan Yamal, melainkan lebih kepada betapa luar biasanya standar yang telah ditetapkan Messi dalam dunia sepak bola modern. Berikut ini adalah alasan-alasan yang membuat perbandingan tersebut dianggap kurang realistis.
1. Lionel Messi Adalah Anomali Sepak Bola
Alasan utama yang paling mendasar adalah: Lionel Messi bukan pemain biasa. Ia merupakan anomali dalam sejarah sepak bola. Menyamai Messi berarti harus mencapai level yang bahkan hanya bisa disentuh segelintir legenda sepanjang masa seperti Pelé, Maradona, dan Cristiano Ronaldo.
Messi bukan hanya pemain hebat, tetapi pemain yang mengubah cara orang melihat sepak bola. Ia mengombinasikan visi luar biasa, dribel yang nyaris mustahil dihentikan, akurasi tembakan tinggi, serta kecerdasan bermain yang sangat langka. Selama lebih dari 15 tahun, Messi tampil konsisten di level tertinggi, mencetak ratusan gol, memecahkan puluhan rekor, dan mengangkat hampir semua trofi bergengsi, baik bersama klub maupun tim nasional.
Sementara Lamine Yamal baru berada di awal perjalanan. Talentanya memang terlihat, namun membandingkan pemain 16–18 tahun dengan legenda hidup yang telah menorehkan sejarah selama dua dekade jelas merupakan beban yang tidak realistis.
2. Tekanan Media dan Ekspektasi Publik Terlalu Besar
Salah satu hal yang dapat menghambat perkembangan pemain muda berbakat adalah ekspektasi berlebihan dari media dan fans. Lamine Yamal sejak debutnya langsung sorotan. Ia disebut sebagai “Messi baru,” “The Next GOAT Barcelona,” bahkan “penyelamat masa depan Blaugrana.”
Label-label semacam ini bisa menjadi beban mental yang sangat berat untuk pemain muda. Messi, di masa muda, berkembang dalam lingkungan yang relatif lebih tenang, dengan tim kuat yang menopang perkembangannya: Xavi, Iniesta, Ronaldinho, dan lainnya. Sementara Yamal berada di era transisi Barcelona, di mana tekanan untuk langsung memberikan hasil jauh lebih besar.
Banyak pemain muda hebat di masa lalu yang akhirnya meredup bukan karena kurang kemampuan, tetapi karena mental mereka runtuh menghadapi tekanan yang tidak sebanding dengan usia mereka.
3. Gaya Permainan yang Berbeda
Walaupun sama-sama bermain di sisi kanan dan memiliki kaki kiri dominan, Lamine Yamal bukan blueprint Lionel Messi. Messi memiliki pusat gravitasi rendah, keseimbangan luar biasa, dan kemampuan dribel yang seperti memiliki “lem” pada kakinya. Setiap sentuhan bola terlihat alami dan presisi.
Yamal lebih mengandalkan kecepatan, kelincahan, dan insting menyerang modern. Gaya mainnya lebih vertikal, lebih eksplosif, dan cenderung bermain melebar sebelum cut inside.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa Yamal mungkin akan menjadi pemain top, tetapi bukan dalam versi “Messi kedua”.
4. Konsistensi adalah Tantangan Terbesar
Namun konsistensi di level elite selama lebih dari satu dekade adalah hal langka. Messi bukan hanya fenomenal selama 1–2 musim. Ia tampil konsisten dari usia remaja hingga memasuki usia 30-an sebagai salah satu pemain terbaik dunia.
Banyak pemain muda yang bersinar di awal karier, lalu mengalami stagnasi bahkan penurunan performa. Faktor cedera, tekanan, perubahan pelatih, hingga kehidupan pribadi bisa memengaruhi performa secara drastis.
Jika Yamal mampu menjaga performa tinggi selama 5–10 tahun ke depan saja, itu sudah merupakan pencapaian luar biasa — meski belum tentu setara Messi.
5. Sepak Bola Modern Lebih Kompetitif & Kompleks
Taktik kini semakin kompleks, pertahanan semakin disiplin, dan analisis lawan semakin detail.
Artinya, untuk mendominasi seperti Messi dahulu, seorang pemain harus kerja dua kali lebih keras. Setiap Ini membuat jalan menuju status “ikon global tunggal” seperti Messi semakin sulit di era sekarang.
6. Bukan Berarti Lamine Yamal Tidak Akan Hebat
Penting untuk dipahami: tidak menyamai Messi bukan berarti gagal. Messi berada di level 1 dari 1. Hampir mustahil dicapai. Bila Lamine Yamal mampu menjadi pemain kelas dunia, konsisten di level top, memenangkan banyak trofi, dan menjadi legenda Barcelona baru — itu sudah cukup untuk membuatnya masuk sejarah.
Daripada terus membandingkan, lebih baik publik menikmati proses pertumbuhannya dan membiarkannya berkembang tanpa beban label berlebihan.
Kesimpulan
Lamine Yamal adalah talenta istimewa, masa depan cerah Barcelona dan timnas negaranya. Namun, menyamai level Lionel Messi adalah target yang nyaris mustahil, bukan karena Yamal tidak hebat, melainkan karena Messi terlalu luar biasa.



Post Comment